Sunday, March 1, 2009

Sensory Integration Disfunction

Penulis


Sensory Integration Disfunction (SID) di sebut juga Sensory Processing Disorder adalah gangguan neurologi yang menyebabkan kesulitan mengolah informasi dari kelima indera (penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba, penciuman), vestibular system, dan positional sense (proprioception). Bagi mereka penderita SID, informasi yang diterima diproses dalam otak dengan cara yang tidak biasa sehingga menimbulkan kebingungan


Jenis I - Sensory Modulation Disorder (SMD). Kurang merespon atau respon yang berlebihan terhadap stimuli atau mencari stimulasi sensori. Contohnya adalah takut dan / atau cemas, negatif dan / atau perilaku keras kepala, sulit untuk terlibat secara aktif/ kreatif dan aktif mencari sensasi.


Jenis II - Sensory Based Motor Disorder (SBMD). Menunjukkan output motor yang kacau sebagai akibat dari salah dalam mengolahan informasi.


Jenis III - Sensory Discrimination Disorder (sdd). diskriminasi sensori atau tantangan kontrol postural dan / atau dyspraxia, perilaku yang terlihat yaitu tidak dapat mempertahankan atensi, disorganisasi, lemahnya kinerja sekolah.


Informasi ini diadaptasi dari penelitian dan publikasi oleh: Lucy, J. Miller, Ph.D., OTR, Marie Anzalone, Sc.D., OTR, Sharon A. Cermak, Ed.D., OTR / L, Shelly J. , Lane, Ph.D, OTR, Beth Osten, MS, m OTR / L, Serena Wieder, Ph.D., Stanley I. Greenspan, MD.



Modulasi Sensori

Modulasi sensori berkaitan dengan proses sistem saraf pusat yang komplek, di mana pesan untuk menyampaikan informasi tentang intensitas, frekuensi, durasi, kompleksitas, dan dari stimuli sensori baru akan disesuaikan. Manifestasinya adalah berupa tendensi untuk menghasilkan tanggapan yang dinilai tepat dalam kaitannya dengan sensasi yang masuk, baik underreacting maupun overreacting kepada mereka.



Masalah Modulasi Sensori

* Masalah Sensory Registration - proses penerimaan stimuli di sistem saraf pusat. Hal ini biasanya melibatkan sebuah orienting respon. Masalah Sensori registrasi ditandai oleh kegagalan mencatat stimuli yang masuk.


* Sensory defensiveness - Sebuah kondisi ditandai dengan respon berlebihan dalam satu sistem atau lebih.


* Gravitational Insecurity - modulasi sensori yang cenderung memberikan reaksi negatif dan takut untuk melakukan gerakan, terutama yang melibatkan perubahan dalam posisi kepala dan gerakan ke atas atau ke belakang dalam suatu ruang. (Kasus-Smith, (2005)



Hyposensitivities dan hypersensitivities

Gangguan integrasi sensori sangat bervariasi antara penderita satu dengan yang lainnya,baik dalam karakteristik maupun intensitasnya. Anak-anak dapat terlahir dengan hipersensitif atau hiposensitif dengan derajat yang bermacan-macam dan mungkin mengalami kesulitan dalam satu, beberapa, atau semua . Hipersensitif juga dikenal dengan sensory defensiveness . Contoh hypersensitif diantaranya rasa sakit ketikai pakaian mengenai kulit, ketidakmampuan untuk mentolerir cahaya di kamar, tidak suka disentuh (terutama sentuhan ringan) dan kegelisahan ketika melihat langsung mata orang lain (menghindari kontak mata).


Hiposensitif, ciri-cirinya adalah toleransi yang luar biasa tinggi terhadap stimuli lingkungan. Seorang anak dengan hiposensitif mungkin terlihat gelisah dan mencari stimulasi sensori.


Treatmen untuk disfungsi sensori adalah dengan memberikan tantangan yang "tepat": memberikan tantangan untuk memotivasi dia dan mendorong perubahan dalam mengolah informasi. Jangan kurang atau berlebihan.


Aktivitas berupa tantangan yang "tepat" tadi harus dihentikan jika terjadi ketidakcocokan antara persepsi anak dengan kegiatan yang diberikan. Selain itu, deep pressure dapat membuat anak menjadi tenang/ kalem. Dianjurkan agar terapis menggunakan berbagai bahan-bahan berkenaan dgn peraba, suasana tenang, suara lemah, dan lambat, dan gerakan linear.


Ketika sesi terapi okupasi difokuskan pada peningkatan kemampuan anak untuk mentolerir berbagai pengalaman sensori, baik kegiatan dan lingkungan harus sesuai dan tepat untuk anak. Stimuli lingkungan besar seperti kerlip lampu neon harus dihilangkan bila memungkinkan untuk meningkatkan kenyamanan anak dan kemampuan untuk terlibat secara produktif. Sementara itu, okupasi terapis dan orang tua harus bersama-sama dalam menjalankan diet sensori. (Anna Jean Ayres)


Diet sensori adalah jadwal kegiatan sehari-hari untuk memberikan anak kebutuhan sensori yang masuk ke dalam tubuh dan mengorganisasinya. Menurut teori Integrasi Sensori, bukan hanya bergantung pada setiap sesi terapi, pastikan bahwa program input sensori dirancang secara hati-hati. Pelaksanaan dapat dilakukan di rumah dan di sekolah.


Orang tua dapat membantu anak-anak mereka dalam mewujudkan bermain adalah bagian penting dari perkembangan anak mereka. Terapi dilakukan okupasi terapis bersama dengan anak untuk memberikan rangsangan vestibular, proprioceptive dan stimulasi berkenaan dengan peraba (tactile). Tujuannya terapi ditekankan pada proses sensori otomatis (goal-directed activity). Anak-anak terlibat dalam aktivitas bermain sebagai terapi dapat mencakup kegiatan seperti: melukis dengan jari, memanipulasi Play-Doh, berayun, bermain di bins of rice atau air, climbing, dll



Hubungan dengan Gangguan Lainnya

autism spectrum disorders

Tanggapan yang tidak biasa terhadap stimuli sensori lebih umum dan menonjol pada autistik masa anak-anak, meskipun tidak ada bukti yang membedakan gejala gangguan sensori pada autis dengan gangguan perkembangan lainnya. Perbedaan jelas terlihat pada under-responsivity (misalnya, dalam hal berjalan) daripada over-responsivity (misalnya, distress karena suara keras) atau seeking (misalnya, gerakan berirama). aRespon mungkin lebih umum pada anak-anak: berdasarkan penelitian ditemukan bahwa anak-anak autis mempunyai persepsi taktil yang buruk, sementara autis dewasa tidak.



Gangguan Lain

Sebagian orang masih memperdebatkan bahwa gangguan sensori atau yang terkait mungkin salah diagnosa sebagai Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD), tetapi mereka dapat juga memiliki masalah yang sama, misalnya masalah emosional, agresif, apraxia.


Sebagai contoh, seorang anak yang sistem vestibularnya kurang responsif harus membutuhkan input ekstra pada "motion sensor" untuk mencapai quite alertness, untuk mendapatkan input ini, anak dapat terlihat gelisah, lari kesana kemari, terlihat menjadi hiperaktif. Namun pada sesungguhnya, dia mengalami gangguan sensori.



Terapi Integrasi Sensori

Beberapa terapis telah mengembangkan model terapi untuk anak SID. Diantara terapi tersebut (misalnya, penanganan sensorimotor) memiliki alasan questionable dan tidak ada bukti empiris. Terapi lainnya (misalnya, prisma lensa, olahraga, dan latihan auditory integration) menunjukkan hasil yang positif. Meskipun terapi-terapi tersebut telah dijelaskan dan hasilnya pun dapat diketahui, namun tetap ada kesenjangan dalam pengetahuan yang berkaitan antara disfungsi integrasi sensori dengan terapi. Dukungan secara empiris terbatas, karena itu diperlukan evaluasi sistematis jika intervensi tersebut digunakan.


Prinsip utama terapi integrasi sensori adalah jenis terapi okupasi dengan menempatkan anak-anak di sebuah ruangan yang dirancang khusus untuk merangsang dan memberikan tantangan seluruh indera.


Selama sesi terapi, terapis bekerja sama dengan anak untuk memberikan tingkatan stimulasi sensori dengan maksud agar anak dapat menanggulangi, dan mendorong anak melakukan gerakan di dalam ruangan.



Terapi Integrasi Sensori digerakkan oleh empat prinsip utama:

* Just Right Challenge (anak harus berhasil memenuhi tantangan yang disampaikan melalui kegiatan playful)


* Adaptive Response (anak menyesuaikan dengan perilaku yang baru dan berguna dalam strategi respon terhadap tantangan yang ditunjukkan)


* Active Engagement (anak berpartisipasi karena aktivitas tersebut menyenangkan)


* Child Directed ( preferensi anak digunakan untuk melakukan banyak pengalaman dalam sesi terapi).


Anak-anak dengan sensitivitas rendah (hyposensitivity) dapat mengalami sensasi yang kuat seperti stroking dengan sikat (brush), getaran atau gosokan. Permainan dapat melibatkan berbagai media terapi untuk menstimulus indera seperti bermain adonan (play dogh) atau melukis dengan jari.


Anak-anak dengan kepekaan tinggi (hypersensitivity) dapat dilatih dengan aktivitas yang dapat memicu ketenangan, misalnya mendengarkan musik yang lembut dan digoyang/ diayun secara pelan-pelan. Imbalan (reward) dapat digunakan untuk mendorong anak-anak agar mau mentolerir (mau melakukan )kegiatan yang biasanya mereka hindari.


Ketika seorang okupasi terapis menggunakan Integrasi Sensori sebagai kerangka acuan untuk meningkatankan kemampuan anak dalam mentolerir dan mengintegrasikan input sensori, OT's yang lain mungkin terfokus pada akomodasi lingkungan sehingga orang tua dan sekolah dapat berperan serta untuk meningkatkan fungsi anak di rumah, sekolah, dan di masyarakat (Biel dan Peske, 2005).


Beberapa Okupasi Terapis juga melatih orang dewasa dengan kondisi ini.



Alternative Views

Tidak semua profesi setuju bahwa hipersensitif atau hiposensitif merupakan suatu gangguan. Namun, sensory integration dysfunction, kadang-kadang disebut sensory processing disorder, hanya didiagnosis ketika perilaku atau gangguan sensori tersebut mempengaruhi anak dalam belajar, bermain, dan kegiatan hidup sehari-hari (ADL).


Masalah sensori dapat dimasukkan dalam spektrum. Menghindari dan terdistraksi oleh suara bising dianggap sebagai respon sensori. Ketika seorang anak sangat terpengaruh oleh suara latar atau sensasi sentuhan, sehingga dia sangat tertarik, dan menjadi hiperaktif impulsif, sebagai bagian dari respon primitive fight to flight, berarti masalah sensori anak cukup berat untuk menjamin kelancaran proses intervensi.


Selain mengalami hipersensitif, anak dapat merasakan hiposensitif(undersensitivity terhadap stimuli sensori). Salah satu contohnya adalah kekurangpekaan terhadap rasa sakit. Seorang anak dengan sensory integration dysfunction mungkin akan tertawa terbahak-bahak ketika diberi suntikan.


Seorang anak mungkin salah didiagnosa "ADHD" atau "ADD" karena setelah diamati ada perilaku impulsif, sebenarnya perilaku impulsif dibatasi pada menghindari atau mencari sensori. Seorang anak mungkin sering terlihat melompat dari tempat duduk di kelasnya, meskipun beberapa peringatan dan ancaman telah dilakukan namun tidak ada pengaruhnya sama sekali, hal ini disebabkan karena anak tersebut mengalami masalah proprioseptif (poor proprioception/kesadaran tubuh kurang)sehingga menyebabkan dia turun dari kursinya, dan kekhawatiran atas potensi masalah menyebabkan dia untuk menghindari duduk bila memungkinkan.


Jika anak tersebut dapat duduk setelah diberi bantal inflatable bumpy (memberi dia input sensori yang lebih), atau dapat tetap duduk di rumah atau di ruang kelas tertentu, namun tidak di ruang kelas utama, maka iniadalah tanda bahwa evaluasi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan penyebab dia menjadi impulsif.


Anak-anak yang menerima didiagnosa mengalami sensory integration dysfunction, juga ada tanda-tanda masalah anxiety (cemas), ADHD, intoleransi terhadap makanan, dan bihavioral disorders, seperti halnya autism. Dan mungkin juga memiliki masalah genetika seperti Fragile X syndrome.


Teori Integrasi sensori menunjukkan bahwa anak-anak belajar melalui indera mereka. Terapi integrasi sensori tidak dapat diterapkan secara sama pada setiap anak, karena menurut teori integrasi sensori, masing-masing anak-anak dengan masalah ini memiliki cara tersendiri/unik untuk merespon stimulus sensori yang masuk dalam tubuhnya. Misalnya teknik calming bisa menjadi fokus tujuan terapi untuk satu anak, tetapi dapat menjadi overstimulating pada anak yang lain, dan sebaliknya. Terapi diberikan berdasarkan cara anak merespon stimulus sensori (child's unique set).


Beberapa orang dewasa mengidentifikasi bahwa dirinya memiliki masalah sensory integration dysfunction, mereka melaporkan bahwa mereka hipersensitif atau hiposensitif, dan masalah proses sensori yang lainnya, seperti poor self-regulation, sehingga menyebabkan gangguan yang signifikan dalam kehidupan mereka sehari-hari di rumah, di tempat kerja, dan di sekolah.


Atau, ada bukti yang menunjukkan bahwa beberapa anak-anak berbakat (Gifted) juga memiliki kecenderungan menuju hipersensitif (misalnya, mencari label baju), hal ini mungkin berhubungan dengan tingkat intelektual mereka yang tinggi, rasa keingintahuan mereka terhadap yang ada di dunia ini, namun dalam cara inkonvensional



Sumber: Mas Acunk Amd.OT

7 comments:

sing duwe artikel teko kiye

Nunut Masang Mas... Ben Rame..

woi...nak blogwalking alamat url blogmu...di tulis yaaa

tau ga sih pesan sikat untuk brushing dimana?

makasih mas bagi bagi ilmunya

Terima kasih untuk ilmunya, boleh dishare yaa...

Post a Comment